Minggu, 28 Februari 2010

Otak Encer Anak Savant Syndrome


img
Ilustrasi (Foto: quotesandsayings)

Wisconsin, Seorang anak laki-laki di Milwaukee mampu menghapal jadwal bus dan menyebutkan dimana bus-bus tersebut berada sepanjang hari. Ada juga anak yang dapat menyusun puzzle yang rumit tanpa ragu meski dengan potongan terbalik sekalipun. Anak yang lain dapat menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari tertentu.

Keajaiban-keajaiban ini membuat Dr Darold Treffert seorang profesor klinis di University of Wisconsin Medical School terus mencari tahu bagaimana otak manusia mampu menghasilkan prestasi luar biasa seperti yang disaksikannya di tempatnya bekerja selama 44 tahun.

Treffert menyadari bahwa anak-anak tersebut memiliki kelainan savant syndrome (sindrom sarjana atau kemampuan orang yang sangat terpelajar). Dari sinilah ia memulai pencarian untuk memahami bagaimana orang-orang yang cacat mental berat kadang-kadang dapat menunjukkan apa yang disebutnya 'pulau jenius.'

Savant syndrome atau kadang disingkat savantism bukan merupakan diagnosis medis yang diakui. Hingga kini masih belum diketahui apa penyebab savant syndrome tersebut. Meskipun sindrom ini hampir mirip dengan penderita autis.

Tetapi Treffert menjelaskannya sebagai kondisi langka yang mana orang-orang dengan gangguan perkembangan termasuk gangguan autisme memiliki satu atau lebih bidang keahlian, kemampuan atau kecemerlangan yang kontras dengan orang normal kebanyakan.

Dalam jurnalnya yang bertajuk 'Savant Syndrome: An Extraordinary Condition' yang ditulis Treffert ada beberapa hal yang dapat diketahui mengenai keajaiban anak savant syndrome:

1. Sebagian penderita autis menunjukkan kemampuan-kemampuan savant.
Sekitar separuh dari orang-orang dengan savant syndrome memiliki gangguan autistik, sementara separuh lainnya lagi cacat, keterbelakangan mental, kerusakan otak atau penyakit. Namun tidak semua penderita autis memiliki savant syndrome dan tidak semua savant syndrome adalah penderita autis.

2. Jumlah penderita autis dan savant syndrome lebih banyak laki-laki.
Secara normal, otak kiri lebih dulu berkembang dibanding otak kanan. Namun menurut sebuah penelitian, pada janin laki-laki umumnya beredar testosteron yang dengan tingkat yang sangat tinggi sehingga dapat memperlambat pertumbuhan dan fungsi kerusakan saraf yang lebih rentan terjadi pada otak kiri. Inilah yang menyebabkan jumlah laki-laki penderita savant syndrome lebih banyak dibandingkan perempuan.

3. Penderita savant syndrome memiliki keterampilan khusus yang menarik.
Treffert mengelompokkan kecemerlangan savant syndrome dalam 5 kategori umum, yaitu keahlian musik, seni, penghitungan kalender, matematika, dan mekanikal atau kemampuan spasial.

4. Penderita savant syndrome memiliki daya ingat yang luar biasa.

5. Savant syndrome bisa merupakan bawaan sejak lahir atau diperoleh karena adanya cedera atau penyakit otak yang terjadi pada masa bayi, masa kanak-kanak atau dewasa.

6. Keterampilan yang dimiliki savant syndrome biasanya tidak bisa hilang dan jika terus dilatih dan digunakan akan terus meningkat.

Hingga sekarang belum ada teori yang dapat menjelaskan tentang savant syndrome secara pasti. "Saya telah sampai pada sebuah kesimpulan bahwa jika kita dapat menjelaskan tentang savant syndrome maka kita tidak akan bisa menjelaskan tentang diri kita sendiri," kata Treffert seperti dilansir CNN, Senin (1/3/2010).

Tokoh-tokoh dunia yang mengidap savant syndrome antara lain Matt Savage seorang pianis jazz. Adapula Stephen Wiltshire dan George Widener dua orang savant yang luar biasa.

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Minggu, 21 Februari 2010

Mendadak Bisa Bicara Aksen Bahasa Asing, Ciri Penderita FAS


img
CindyLou Romberg

Bingung, begitulah kebanyakan reaksi penderita foreign accent syndrome (FAS) atau sindrom aksen bahasa asing. Mendadak dirinya bisa berbicara dengan aksen bahasa asing padahal selama ini tidak pernah tahu gaya bahasa seperti itu.

Orang yang mendengarnya pun bakal ikut kebingungan kenapa suami, istri, anak atau sahabat terdekatnya tiba-tiba berbicara dengan aksen negara yang sama sekali belum pernah dikunjungi atau didengarnya.

Jangan bingung dulu, karena memang ada penyakit FAS ini. FAS ini terjadi karena adanya gangguan otak yang sangat jarang terjadi yang menyebabkan penderitanya bisa berbicara seolah-olah dirinya berasal dari negara asing itu.

Penyebabnya bisa karena luka di kepala atau pernah mengalami stroke. Namun ada juga yang melaporkan penyebab lainnya akibat multiple sclerosis dan kelainan lain yang dalam beberapa kasus penyebabnya tidak jelas teridentifikasi.

Seperti yang dialami perempuan bernama CindyLou Romberg yang tiba-tiba gaya bicaranya terdengar seperti berasal dari sejumlah negara eksotis di dunia.

Kadang-kadang ia bisa berbicara bahasa Rusia, Jerman atau menggunakan bahasa Swedia. Padahal dirinya tidak pernah meninggalkan kota kelahirannya di Port Angeles, Washington atau mempelajari bahasa-bahasa asing tersebut.

Dokter menyebut hal yang dialami oleh Romberg ini sebagai Foreign Accent Syndrome (FAS). Hal yang terjadi pada Romberg diduga berhubungan dengan kecelakaan yang dialaminya tahun 1981.

Saat itu Romberg mengalami depresi patah tulang tengkorak akibat jatuh dari truk yang sedang bergerak. Setelah pulih dari cedera otak yang parah, dirinya berusaha untuk bisa berbicara secara normal selama 2 tahun dan sempat kehilangan suara selama beberapa hari. Ketika suaranya sudah kembali, ia memiliki FAS tersebut.

"Kemungkinan ia mengalami episode kecil penurunan suplai darah ke otak selama proses penyembuhannya untuk menghindari cedera tambahan, hal ini menyebabkan dirinya mengalami FAS," ujar ahli saraf Julius Fridriksson, seperti dikutip dari ABCNews, Senin (22/2/2010).

Fridriksson mengatakan FAS bisa berasal dari sebuah trauma atau benturan yang terjadi di bagian otak sebelah kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan seseorang berbicara.

Secara medis tidak ada yang salah dengan kondisi tubuhnya, hanya saja penderita bisa berbicara menggunakan bahasa asing tanpa pernah berkunjung atau mempelajari bahasa tersebut.

"Bagaimanapun kondisinya saya tetap merindukan suara saya yang dulu, suara yang telah bersama saya selama 49 tahun dan telah menjadi bagian dari diri saya. Tapi kini hal yang terpenting adalah saya sehat dan masih bisa beraktivitas dengan baik," ujar Romberg.

Ucapan yang dikeluarkan oleh penderita FAS dapat berubah dalam beberapa waktu, perubahan intonasi dan penempatan lidah yang berbeda sehingga terdengar asing. Ucapan yang dikeluarkannya tetap bisa dimengerti meski tidak selalu terdengar teratur.

Kasus FAS yang telah didokumentasikan di seluruh dunia berbeda-beda, ada yang berubah dari aksen Jepang ke Korea, Inggris ke bahasa Perancis atau bahasa Spanyol ke bahasa Hungaria.

Beberapa perubahan gaya bicara yang umum terkait dengan FAS meliputi:
  1. Kesalahan berbicaranya bisa diprediksi.
  2. Adanya penggantian, penghapusan atau distorsi dari huruf konsonan.
  3. Kesalahan dalam pengucapan misalnya 'bike' menjadi 'pike'.
  4. Adanya distorsi, perpanjangan atau subtitusi dari huruf vokal.
  5. Bermasalah dengan gugus konsonan.
  6. Menggunakan kata 'uh' ketika menyisipkan kata-kata.

Untuk mendeteksi gangguan FAS ini harus melibatkan ahli saraf (untuk mendeteksi adanya cacat neurologis), radiolog (untuk mendeteksi cedera, fungsi, struktur atau sirkulasi darah di otak), psikolog (untuk mempelajari dan menganalisis psikologis pasien) serta patolog bicara (untuk menilai cara membaca, menulis dan bahasa pasien). Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik lengkap mulai dari mulut seperti gerakan rahang, lidah dan bibir.

Hingga kini belum ada obat yang bisa digunakan untuk mengobati FAS, tapi terapi berbicara telah menunjukkan beberapa perbaikan pada diri pasien. Perawatan yang dilakukan bagi pasien FAS bertujuan untuk mengurangi aksen asing sehingga bisa berbicara normal lagi.(ver/ir) sumber: detik health

Selasa, 16 Februari 2010

Metode Pembelajaran AREA SENI




PGTK memberikan kuliah metode pemblajaran/pengajaran sistem AREA. berikutini contoh area SENI atau Area ART.

Kuliah PAUD




PGTK membekali mata kuliah PAUD ahar para mahasiswa mengetahui selauk beluk PAUD dan berbagai mode pembelajaran anak usia dini. Misal, area, sentra, montesori, dll. mata Kuliah ini diampu Ms. Mila karmila SPd.

Kamis, 11 Februari 2010

PGTK.co.cc Website Alternatif


PGTK Cerdas Bangsa memiliki website mirror di http://pgtk.co.cc. Ini melengkapi blog yang ada. Biar lebih mudah dan lengkap.

PGTK di Multiplay


PGTK Cerdas Bangsa mempunyai akun di Multiplay. Bagi para mahasiswa, dosen, simpatisan yang sudah mempunyai multiplay, silakan add sebagai teman (friend) atau relasi, atau member.

Alamatnya di http://pgtk.multiply.com

Rabu, 10 Februari 2010

Tari Payung Anak PGTK

Dalam mata kuliah tari, mahasiswa PGTK Cerdas Bangsa mencoba menyuguhkan tari Payung. Berikut ini video liputannya.

Bambang Perintis SLB


Bambang Suminto telanjur jatuh hati kepada anak berkebutuhan khusus. Mulai dari lemparan sepatu yang hampir mengenai kepala hingga pelukan sayang dari anak-anak itu biasa diterimanya. Bahkan, ketika sebagian orang ”menyerah”, Bambang tetap menaruh senyum di wajahnya. Rekan-rekannya, sesama guru sekolah luar biasa, sampai menjuluki dia sebagai ”sang spesialis SLB”.

Bambang memang dikenal sebagai pendamping perintisan SLB, terutama oleh para perintis SLB di daerah Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Selain merintis SLB Bakti Putra di Kecamatan Karangmojo, dia juga membidani lahirnya tiga sekolah luar biasa yang lain: SLB Suharjo Putra di Kecamatan Patuk, SLB Purworaharjo di Kecamatan Purwosari, dan SLB Krida Mulya di Kecamatan Rongkop.

Ia berperan besar dalam pertumbuhan hingga pengembangan 4 dari 6 SLB rintisan yang dikelola kelompok masyarakat di Gunung Kidul. Perintis SLB Suharjo Putra, Jotham Sungkowo Hardjo (61), bercerita, langkahnya untuk mendirikan SLB menjadi makin mantap setelah mendapat bantuan ilmu sekaligus tenaga dari Bambang.

Ketika Jotham mengatakan Bambang adalah satu-satunya rujukan untuk memulai perintisan SLB di Gunung Kidul, Bambang berkilah bahwa banyak orang seperti dia. Tetapi, jika dilihat dari sejarah perintisan SLB di Gunung Kidul, Bambang bisa dikatakan selalu berkutat di lapangan dan berusaha mengatasi beragam persoalan yang muncul pada perintisan awal SLB.

Ketika di wilayah Kabupaten Gunung Kidul hanya terdapat satu SLB—kini menjadi SLB negeri—Bambang mulai membangun SLB rintisan tahun 1981. Kala itu, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus masih merupakan hal yang ”aneh” di kalangan masyarakat setempat. Jangankan SLB, sekolah formal biasa pun masih langka.

”Saya bukan ahli (mendirikan SLB), melainkan orang yang kebetulan lebih dulu mengalami pahitnya perintisan SLB sehingga bisa membagikan ilmu perintisan kepada mereka yang tertarik merintis SLB,” ujar Bambang.

Masyarakat antusias

Pertautannya dengan anak berkebutuhan khusus dimulai ketika Bambang diajak ayahnya, Kepala Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, meninjau kondisi desa. Kala itu, Bambang melihat sebagian orangtua harus mengajak serta anak mereka yang penyandang tunanetra untuk bertani meskipun untuk mencapai sawah mereka harus naik-turun jurang.

Maka, selulus dari sekolah guru pendidikan luar biasa di Surabaya, dia memilih pulang kampung untuk merintis SLB di Gunung Kidul. Bambang pernah menggunakan rumahnya di Wonosari untuk menampung anak berkebutuhan khusus sebelum pindah ke Karangmojo.

Setelah berdiskusi dengan aparat pemerintahan desa dan mendapat dukungan dari beberapa orangtua, dia mulai membuka kelas di Desa Ngawis, Karangmojo. Ia juga harus aktif mencari anak berkebutuhan khusus dari rumah ke rumah agar mereka bersekolah. Pada 1982, Bambang lalu didaulat menjadi koordinator perintisan SLB Bakti Putra di Kecamatan Karangmojo.

Saat itu, masyarakat antusias turut berpartisipasi merintis pendidikan luar biasa. Rintisan SLB ini juga mendapat dukungan dari kepala desa dan tokoh masyarakat. Jimpitan beras dari warga bahkan dialihkan untuk pendanaan operasional awal bagi SLB Bakti Putra. Setelah 19 tahun menempati balai desa, SLB Bakti Putra bisa memiliki bangunan kelas yang dilengkapi asrama.

Ketika SLB Bakti Putra mulai dinaungi yayasan sejak 1983, Bambang menjadi Kepala Sekolah Yayasan Bakti Putra. Dia juga diangkat menjadi kepala sekolah negeri oleh pemerintah pada 1986. Dari awalnya hanya 12 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah, kini SLB Bakti Putra menampung 57 siswa.

Namun, kesadaran orangtua di pedesaan untuk menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus ke SLB relatif masih rendah membuat Bambang tetap harus mendatangi rumah ke rumah. Ia juga berupaya menemukan anak-anak berkebutuhan khusus lewat sosialisasi ke dusun-dusun. Sosialisasi makin dia gencarkan, terutama menjelang tahun ajaran baru.

SLB lagi

Tahun 2005, Bambang mendampingi Jotham untuk perintisan SLB Suharjo Putra. Ia mengawal bagian terberat dari perintisan SLB, yakni meyakinkan warga dan mendapatkan izin dari pemerintah desa hingga dinas pendidikan.

Tak berhenti pada pendampingan perintisan SLB, Bambang ikut membidani lahirnya SLB Purworaharjo di Purwosari tahun 2006. Hal ini dilanjutkan dengan lahirnya SLB Krida Mulya di Rongkop.

”Saya sempat takut merintis SLB lagi karena tak mudah. Tetapi, saya tak bisa menolak panggilan itu karena, bagi saya, membantu anak-anak berkebutuhan khusus itu kental unsur kemanusiaannya,” katanya.

Selain mendampingi perintisan awal, Bambang turut memantau perkembangan sekaligus mengusahakan kemajuan setiap SLB. Hingga kini, dia masih memainkan peran sebagai Dewan Pembina di SLB Purworaharjo dan Seksi Pendidikan di SLB Krida Mulya.

Ia bercerita, kendala klasik yang dihadapi SLB di pedesaan adalah dana dan keterbatasan guru. Mayoritas guru SLB berstatus honorer. Bambang pun harus berjuang keras mencari peluang pendanaan tanpa ”menjual” kondisi anak-anak berkebutuhan khusus.

Karena itu, sering dia harus mengeluarkan uang dari kocek pribadi demi kelanjutan pendidikan para murid. Apalagi, pendidikan di semua SLB yang dibidani Bambang gratis. Untuk menutupi biaya operasional, ia mendapat bantuan dari para donatur, yang jumlahnya tak tetap.

”Saya ingin semua anak berkebutuhan khusus di Gunung Kidul bisa sekolah,” kata Bambang menunjukkan tekadnya.

Jumlah SLB di Gunung Kidul sekarang ada delapan, dua di antaranya berstatus negeri. Ini masih belum sepadan dibandingkan dengan banyaknya anak berkebutuhan khusus, yang berdasarkan data 2008 berjumlah 900 orang. ”Kami berharap anak berkebutuhan khusus bisa mendapatkan kedudukan yang sama dengan anak normal, biar mereka tak rendah diri,” kata Bambang sambil menambahkan, masih ada anak berkebutuhan khusus yang belum terdata.

Dia yakin, sama seperti anak lain, setiap anak berkebutuhan khusus pun punya potensi yang berbeda-beda. Bambang mencontohkan, salah satu anak didiknya yang tunanetra kini menjadi guru SLB. Siswanya yang lain berhasil menjadi juara lomba matematika tingkat nasional.

Sumber: kompas, 11/2/10